4.1. Langkah-langkah Penelitian
Meneliti adalah melakukan serangkaian aktivitas intelektual secara sistematis, yaitu dengan langkah-langkah yang teratur atau runtut.
Langkah pertama, memilih bidang, topik kajian atau judul penelitian. Bidang kajian atau subjek ilmu. Subjek ilmu dalam arti sebagai pokok persoalan yang dipelajari. Sedang judul, menjelaskan mengenai fokus atau ruanglingkup masalah yang dipelajari. Langkah pertama ini tidak datang dengan sendirinya, sebab timbulnya gagasan untuk meneliti biasanya karena telah didahului oleh serangkaian aktivitas lainnya seperti melakukan mengamatan awal atau membaca sekian banyak referensi sehingga diperoleh sejumlah informasi. Dengan demikian, gagasan untuk melakukan penelitian ilmiah bisa karena ingin membuktikan atau mempelajari lebih lanjut mengenai hal-hal atau informasi-informasi yang telah didapat sebelumnya yang dianggap belum cukup.
Langkah kedua adalah melakukan kegiatan penelitian itu sendiri. Jika penelitian lapangan, maka aktivitas yang dilakukan ialah mengumpulkan data lapangan. Di dalam proses pengumpulan data lapangan itu, sejumlah hal harus dijalani, seperti masalah apa saja harus ditanyakan kepada siapa saja (informan), di mana dan kapan serta bagaimana melakukan wawancara. Ketika wawancara itu berlangsung, dalam suasana seperti apa sehingga informasi yang diberikan dapat terandalkan kebenarannya. Bagaimana pula mencatatnya, dan sebagainya.
Langkah ketiga ialah menganalisis terhadap informasi, dalam arti memahami makna dari sekumpulan informasi yang telah didapatkan. Langkah keempat ialah menyusun laporan penelitiannya, dan langkah kelima adalah menyebar-luaskan hasil temuan.
4.2. Ruang lingkup Masalah Penelitian
Penelitian dilakukan umumnya didasarkan pada adanya masalah, tujuan yang ingin dicapai, teori yang digunakan dalam melihat masalah, serta metode yang digunakan untuk menjawab masalah.
Apa yang disebut sebagai masalah penelitian ialah segala sesuatu yang bertentangan/berbeda antara keinginan dengan kenyataan yang dihadapi (problem is any discrepancy between an actual state of affairs and some ideal state). Dikatakan ada masalah berarti ada kenyataan yang berbeda bahkan bertolakbelakang antara apa yang seharusnya terjadi (das sollen) dengan kenyataan yang dihadapi (das sein). Adanya perbedaan kenyataan tersebut mempengaruhi atau menyebabkan munculnya kerugian bagi banyak orang (masyarakat) atau lembaga atau aturan-aturan yang telah disepakati, sehingga menurut akal sehat masalah tersebut perlu dicarikan jalan keluar pemecahannya.
Dalam batasan yang sederhana, masalah bisa diartikan sebagai (a) sesuatu yang belum diketahui (karena sifat kebaruannya) dan menimbulkan rasa ingin tahu; (b) segala bentuk pertanyaan yang perlu dicari jawabannya; (c) segala sesuatu yang dipertanyakan; atau (e) segala bentuk hambatan, rintangan, atau kesulitan yang muncul pada sesuatu bidang yang perlu dihindari dan disingkirkan.
Untuk menemukan masalah penelitian, bisa dilakukan dengan berbagai cara. Di antara cara-cara itu ialah dengan melakukan pengamatan terhadap kegiatan manusia secara cermat. Dari pengamatan tersebut, lantas kita tanyakan kembali yakni apakah ada perbedaan antara apa yang seharusnya dengan kenyataan yang ditemui? Lihatlah bagaimana seorang teknisi mobil di bengkel bekerja. Dengan menghidupkan mesin mobil, mereka cepat tahu apa yang tidak beres pada mesin mobil tersebut. Begitu pulalah dengan dokter. Dengan mengamati pasien ditambah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan singkat, dokter akan tahu kemungkinan penyakit yang diderita pasien. Jika kurang yakin atau untuk lebih meyakinkan diri, seorang teknisi mobil atau seorang dokter akan mengetes (mendiagnosis) dengan memakai alat-alat yang dimiliki. Untuk mempertajam pemahaman atas jawaban yang diajukan sendiri, perlu dibantu dengan membaca sumber-sumber bacaan sesuai dengan bidang pengetahuan yang digeluti. Semakin kita kuasai bidang keilmuan, akan semakin peka untuk melihat adanya masalah. Sumber-sumber bacaan itu bisa dicari misalnya dari laporan-laporan penelitian. Bisa jadi, akan kita temukan adanya ketidakajegan hasil-hasil penelitian tentang sesuatu hal. Ini mungkin bisa dilihat dari arah pendekatan teori atau metodologi yang dipakai. Jika perlu, bisa juga dilanjutkan dengan mendiskusikan kepadapeer-group atau kepada pihak-pihak yang terkait, sehingga menambhak keyakinan kita adanya masalah penelitian yang menarik dikaji. Namun demikian, tidak semua masalah menjadi penting untuk diangkat sebagai permasalahan yang membutuhkan penelitian. Dalam hal ini, diperlukan sejumlah pertimbangan, di antaranya: (a). Apakah penelitian terhadap masalah yang kita angkat itu akan memberikan sumbangan untuk pemecahan masalah-masalah praktis, pengembangan teori, atau memiliki daya tarik karena kebaruannya?; (b) Kalau kita meneliti terhadap masalah yang akan kita ajukan itu, apakah dari segi biaya, waktu, fasilitas, kemampuan, dan metodologi, terkuasai?
Apabila sudah “mencukupi”, maka langkah berikutnya adalah “merumuskan permasalahan ke dalam susunan kalimat yang jelas. Ingat, dapat merumuskan dengan baik masalah penelitian yang akan dilakukan, sudah merupakan separoh dari berhasilnya penelitian itu sendiri”. Untuk itu, perlu diperhatikan beberapa hal. Pertama, hendaknya masalah yang diajukan dirumuskan ke dalam bentuk kalimat yang jelas, dan padat. Kedua, hendaknya, di dalam susunan permasalahan itu memberi petunjuk tentang mungkinnya melakukan pengumpulan data guna menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkandung dalam perumusannya itu.
4.3. Kepustakaan
4.3.a. Kajian Kepustakaan
Kajian kepustakaan adalah kegiatan otak berupa memilih, membaca, dan memanfaatkannya untuk memperoleh informasi maupun wawasan teoritik yang ditulis oleh peneliti sebelumnya, terutama yang ada hubungannya dengan penelitian yang akan dilakukan. Karena itu kerja mencari bahan di perpustakaan merupakan hal yang tak dapat dihindarkan oleh seorang peneliti.
Kajian kepustakaan sangat penting karena masalah yang akan kita teliti, umumnya bukanlah sama sekali masalah baru. Bisa jadi, ada peneliti lain yang pernah menulis artikel atau laporan penelitian dalam topic yang mirip atau sama hanya saja berbeda lokus atau metodologinya. Kalau kita membaca tulisan mereka berarti kita bisa membandingkan, mengkritisi, atau mengembangkan. Hasil dari pembacaan demikian, tentu saja akan mempertajam pemahaman informasi awal, konsep-konsep maupun teori yang digunakan, atau membantu memberi ide-ide atau pendekatan baru. Atau paling tidak, untuk menghindari terjadinya pengulangan dari suatu penelitian.
Dengan kata lain, melakukan kajian kepustakaan bermanfaat untuk hal-hal berikut: Pertama, menggali teori-teori dan konsep yang telah diketemukan oleh para ahli terdahulu. Kedua, mengikuti perkembangan penelitian dalam bidang. yang akan diteliti. Ketiga, memperoleh orientasi yang lebih luas mengenai topik yang dipilih. Keempat, memanfaatkan data sekunder. Kelima, menghindari duplikasi penelitian. Keenam, menambah ketrampilan bagaimana cara mengungkapkan buah pikiran secara sistematis kritis dan ekonomis. (Bandingkan pada Irawati, 1982: 45)
4.3.b. Perpustakaan
Perpustakaan[1] dapat diartikan sebagai suatu organisasi atau badan yang mengumpulkan koleksi buku, majalah, bahan tertulis/cetakan dsb, dalam sebuah gedung (bangunan). Pengelolaan bahan-bahan (bacaan) yang ada, disusun dan diolah sesuai dengan sistem yang dipergunakan. Secara fisik, penyusunan bahan bacaan didasarkan pada tiga kategori ruang, yaitu: ruang referens, ruang buku, dan ruang majalah. Ruang reference berisi: bahan-bahan penerangan yang bersifat luas dan umum, seperti: ensiklopedia, kamus, atlas, indeks, almanak, buku-buku petunjuk, (khusus): kamus psikologi, kamus ilmu politik, dsb. Ruang buku, berisi segala jenis buku yang bisa dipinjam, dan ruang majalah, merupakan ruang bacaan umum.
Sumber-sumber informasi yang bisa diperoleh dari perpustakaan bisa berupa:1. Indeks, cumulative book index; 2. Abstraks. disertation abstract; 3. Bibliografi; bibliographic index; 4. Katalogus; 5. Microfilm, dst. Keseluruhan bahan bacaan yang dimiliki, akan diklasifikasi sesuai dengan system yang digunakan, yaitu apakah dipakai Sistem Dewey Decimal Atau Sistem Library of Congress (Amerika Serikat).
Sistem Dewey adalah sistem penggolongan semua cabang ilmu pengetahuan yang dibagi ke dalam sembilan (9) golongan, ditambah gol ke-10 untuk hasil-hasil yang bersifat umum, dan mencakup beberapa golongan. Golongan ini pun dipecah-pecah lagi dalam bagian yang lebih kecil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar