PENDAHULUAN
Di lingkungan setiap lembaga pendidikan formal terdapat sejumlah
manusia, baik yang berkedudukan sebagai pemimpin maupun sebagai tenaga
pelaksana. Mereka tidak cukup dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan
mengenani bidang pendidikan saja, akan tetapi harus dibekali pula dengan
kemampuan bekerjasama dan kemampuan mengarahkan kerjasama itu guna mencapai
tujuan lembaga pendidikan masing-masing.
Di dalam realitasnya setiap petugas pendidikan termasuk juga
para guru harus mampu mengarajkan pandangannya jauh ke depan dengan menggunakan
pengetahuan dan pengalaman-pengalaman yang telah dimilikinya agar mampu
mewujudkan tugas-tugasnya secara kreatif. Kemampuan itu tidak hanya mengenai
usaha pengembangan metode dan alat sesuai dengan sifat bidang kerjanya, akan
tetapi juga menyangkut aspek-aspek yang berkenaan dengan pengendalian kerjasama
yang memungkinkan tujuan tercapai secara efektif. Pengendalian kerjasama itu
berkenaan dengan berbagagi kegiatan seperti : Perencanaan, pengorganisasian,
pemberian bimbingan/pengarahan, koordinasi, kontrol/evaluasi dan pewujudan
komunikasi yang terarah secara maksimal pada pencapaian tujuan bersama. Dengan
kata lain setiap petugas pendidikan di lingkungan lembaga pendidikan formal
tidak saja akan terlibat dalam kegiatan kependidikan secara profesional, akan
tetapi terlibat juga dalam kegiatan administrasi yang mengharuskakn mereka
memiliki pengatahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan keahlian
(expertness) dalam menyusun perencanaan, melakukan pengorganisasian, pemberian
bimbingan/pengarahan dan koordinasi.
Kemampuan itu diperlukan oleh setiap petugas pendidikan dalam
meningkatkan efisiensi dan efektifitas pencapaian tujuan di lingkungan dan
lembaganya masing-masing.
DASAR ADMINISTRASI
PENDIDIKAN
A. Pengertian
Administrasi Pendidikan
Berdasarkan etimologi
“administrasi” berasal dari bahasa latin yang terdiri dari “ad” artinya
intensif dan “ministrare” artinya melayani, membantu atau mengarahkan. Jadi
pengertian administrasi adalah melayani secara intensif. Dari perkataan
“administrare” terbentuk kata benda “administrario” dan kata “administrauus”
yang kemudian masuk ke dalam bahasa Inggris yakni “administration” (DR. Hadari
Nawawis, 1982). Selain itu dikenal juga kata “administratie” yang berasal dari
kata belanda, namun memilki arti yang lebih sempit, sebab terbatas pada
aktivitas ketatatusahaan yaitu kegiatan penyusunan dan pencatatan keterangan
yang diperoleh secara sistematis. Administrasi sering dikaitkan dengan
aktivitas administrasi perkantoran yang hanya merupakan salah satu bidang dari
aktivitas adminstrasi yang sebenarnya.
Ditinjau dari katanya,
administrasi mempunyai arti sempit dan arti luas. Dalam arti sempit diartikan
sebagai kegiatan pencatatan data, surat-surat informasi secara tertulis serta
penyimpanan dokumen sehingga dapat dipergunakan kembali bila diperlukan. Dalam
hal ini kegiatan administrasi meliiputi pekerjaan tata usaha. Dalam arti luas,
administrasi menyangkut kegiatan manajemen/pengelolaan terhadap keseluruhan
komponen organisasi untuk mewujudkan tujuan/program organisasi. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa pekerjaan administrasi merupakan pekerjaan operatif dan
manajemen.
Sedangkan administrasi
pendidikan merupakan perpaduan dari dua kata, yakni “administrasi” dan
“pendidikan”. Pada hakekatnya administrasi pendidikan adalah penerapan ilmu
administrasi dalam dunia pendidikan atau dalam pembinaan, pengembangan dan
pengendalian usaha praktek-praktek pendidikan. Administrasi sekolah merupakan
salah satu bagian dari administrasi pendidikan, yaitu administrasi pendidikan
yang dilaksanankan di sekolah. Salah satu alat administrasi sekolah adalah tata
usaha.
B. Dasar dan
Prinsip Administrasi Pendidikan
Berikut ini merupakan
dasar yang perlu diperhatikan agar administrator dapat mencapai sukses dalam
tugasnya. Beberapa dasar dalam administrasi antara lain :
1. Prinsip
Efisiensi
Administrator akan berhasil dalam tugasnya
bila dia menggunakan semua sumber, tenaga, dana, dan fasilitas yang ada secara
efisien.
2. Prinsip
Pengelolaan
Administrator akan memperoleh hasil yang
paling efektif dan efisien dengan cara melakukan pekerjaan manejemen, yakni
merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan dan melakukan pemeriksaan
(pengontrolan).
3. Perinsip
Pengutamaan Tugas Pengelolaan
Bila diharuskan untuk memilih pekerjaan
manajemen dan pekerjaan operatif dalam waktu yang sama, seorang administrator
cenderung memprioritaskan pekerjaan operatif. Namun ia sebaiknya tidak
memfokuskan perhatiannya pada pekerjaan operatif saja karena bila ia hanya
berkecimpung dalam tugas-tugas operatif saja, maka pekerjaan pokoknya akan
terbengkalai.
4. Prinsip
Kepemimpinan yang Efektif
Seorang administrator akan berhasil dalam
tugasnya apabila ia memiliki gaya kepemimimpinan yang efektif, yakni
memperhatikan hubungan antar manusia (human relationship), Pelaksanaan
tugas serta memperhatikan situasi dan kondisi (sikon) yang
ada.
Adapun tentang gaya kepemiminan yang efektif
adalah mampu memelihara hubungan baik dengan bawahannya. Di samping itu ia juga
harus memperhatikan pembagian dan penyelesaian tugas bagi setiap anggota
organisasi yang sesuai dengan jenis pekerjaanya.
5. Prinsip
Kerjasama
Administrator dikatakan berhasil dalam
melakukan tugasnya bila ia mampu mengembangkan kerjasma antara seluruh anggota
baik secara horizontal maupun secara vertikal.
Adapun prinsip-prinsip
yang digunakan dalam kurikulum 1975 sebagai landasan operasional kegiatan
administrasi di sekolah adalah berikut ini:
1. Prinsip
Fleksibilitas
Penyelenggaraan pendidikan di sekolah harus
memperhatikan faktor-faktor ekosistem dan kemampuan menyediakan fasilitas untuk
pelaksanaan pendidikan sekolah.
2. Prinsip
Efisien dan Efektivitas
Efisiensi tidak hanya dalam penggunaan waktu
secara tepat, melainkan juga dalam pendayagunaan tenaga secara optimal.
3. Prinsip
berorientasi pada Tujuan
Semua kegiatan pendidikan harus beriorientasi
untuk mencapai tujuan. Administrasi pendidikan di sekolah merupakan komponen
dalam sistem pendidikan maka untuk menjamin tercapainya tujuan tersebut, tujuan
operasional yang sudah dirumuskan harus menjadi sandaran orientasi bagi
pelaksanaan kegiatan administrasi pendidikan di sekolah.
4. Prinsip
Kontinuitas
Prinsip kontinuitas ini merupakan landasan
operasional dalam melaksanakan kegiatan administrasi di sekolah. Karena itu,
dalam tiap jenjang pendidikan harus memiliki hirarki yang saling berhubungan.
5. Prinsip
Pendidikan Seumur Hidup
Setiap manusia Indonesia diharapkan untuk
selalu berkembang. Karena itu masyarakat ataupun pemerintah diharapkan
dapat menciptakan situasi yang dapat mendukung dalam proses belajar mengajar.
Dalam pelaksanaan administrasi pendidikan, prinsip tersebut perlu digunakan
sebagai landasan operasional.
C. Tujuan
Adminitrasi Pendidikan
Tujuan administrasi
pendidikan pada umumnya adalah agar semua kegiatan mendukung tercapainya tujuan
pendidikan atau dengan kata lain administrasi yang digunakakn dalam dunia
pendidikan diusahakan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Administrasi
pendidikan semakin rumit karena menyangkut masyarakat atau orang tua murid,
yang terlibat langsung dalam pendidikan itu. Oleh karena itu, semakin baik
administrasi pendidikan ini, semakin yakin pula bahwa tujuan pendidikan itu
akan tercapai dengan baik.
Sergiovanni dan Carver
(1975) menyebutkan empat tujuan administrasi yaitu :
Ø Efektifitas produksi,
Ø Efisiensi,
Ø Kemampuan menyesuaikan
diri (adaptivenes),
Ø Kepuasan kerja.
Keempat tujuan
tersebut dapat digunakan sebagai kriteria untuk menentukan keberhasilan dalam
penyelenggaraan sekolah. Sebagai contoh: sekolah memiliki fungsi untuk mencapai
efektifitas produksi, yaitu menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tuntutan
kurikulum. Dalam pencapaian tujuan tersebut harus dilakukan usaha seefisien
mungkin, yaitu dengan menggunakan kemampuan dana, dan tenaga semaksimal
mungkin, tetapi memberi hasil sebaik mungkin, sehingga lulusan tersebut dapat
melanjutkan ke tingkat berikutnya dan dapat menyesuaikan dirinya (adaptivenes) dengan
lingkungan sekolahnya yang baru. Selanjutnya lulusan ini akan mencari
kerja pada perusahaan yang memberi kepuasan kerja kepada mereka.
D. Fungsi
Administrasi Pendidikan
Administrasi
pendidikan merupakan tindakan mengoordinasikan perilaku manusia dalam
pendidikan untuk menata sumber daya yang ada dengan sebaik-baiknya sehingga
tujuan pendidikan dapat tercapai secara produktif. Penjabaran istilah produktif biasanya
tergantung kepada siapa yang meninjaunya. Ada tiga pola pandang tentang sekolah
yang produktif, yakni administrator, psikolog, dan ekonomi.
1. Pandangan
administrator. Administrator bertanggungjawab untuk mengolah sistem
pendidikan. Penentuan untuk mengkategorikan sekolah produktif dapat dilakukan
dengan mengaitkan antara input yang digunakan, yaitu ruangan, guru, buku, dan
peralatan lainnya dengan output ang diharapkan. Output yang diharapkan harus
dapat mencapai keseimbangan yang paling menguntungkan dengan input yang
tersedia.
2. Pandangan
psikolog. Mereka mengaitkan ukuran sekolah yang produktif dengan
perubahan dan perilaku peserta didik, yang mencakup pertambahan pengetahuan,
nilai dan peningkatan kemampuan lainnya dan mengaitkan pula dengan input yang
tersedia. Kesulitan utama dalam pola pandang ini adalah cara
mengidentifikasikan dan mengukur perubahan perilaku sebagai akibat pendidikan di
sekolah. Kesulitan ini terjadi karena perubahan perilaku peserta didik (output)
adalah gabungan antara pengaruh sekolah dan lingkungan luar sekolah.
3. Pandangan
ekonomi. Pendidikan memberikan kontribusi pada peserta didik untuk
berperan dalam sistem ekonomi. Sekolah disebut produktif jika nilai moneter
yang diterima oleh setiap individu akibat pendidikakn adalah seimbang atau
lebih besar daripada biaya yang dkeluarkan untuk memperoleh pendidikan.
E. Administrasi
dan Manajemen Pendidikan
Ada beberapa istilah
yang sering disamakan dengan istilah administrasi pendidikan, misalnya
manajemen pendidikan. Dalam penggunaannya secara umum, administrasi sering
diartikan sama dengan manajemen, administrator dengan manajer. Namun,
akhir-akhir ini ada beberapa penulis yang mencoba membedakannya, walaupun
kadang-kadang pembedaaan itu tidak konsisten. Kalaupun ada nampaknya perbedaan
itu tidak fundamental. Ketidaksamaan pendapat yang ada dapat dipahami, sebab
dalam beberapa prkateknya ada tiga pendapat tentang hubungan antara
administrasi dengan manajemen, yakni:
1. Administrasi
lebih luas dari manajemen atau administrasi mencakup manajemen, pendapat ini
sesuai dengan pendapat D. Waldo dalam bukunya Public Administrationyang
mengatakan: “Public administration is organization of man and materials
to achieve the purposes of goverment” (Administrasi negara adalah
pengorganisasian dan manajemen manusia dan materi untuk mencapai tujuan
pemerintah).
2. Administrasi
identik dengan manajemen, dengan alasan:
Ø Dilihat dari pengertiannya,
baik administrasi maupun manajemen merupakan proses, kegiatan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Ø Dalam istilah
sehari-hari, terutama dalam arti kelembagaan keduanya sering dipakai menunjuk
isi yang seperti Akademi Administrasi, Aakademi Manajemen.
3. Administrasi
lebih sempit daripada manajemen, dalam arti administrasi tercakup
dalammanajemen, secara spesifik administrasi merupakan satu bidang
dari manajemen sebab manajemen terdiri atas enam bidang yakni production,
marketing, financial, personal, human relation, dan administrative
management. Dalam paham ini, administrasi disamakan dengan office
management, yakni sebagai kegiatan ketatausahaan atau sama dengan
arti adminsitrative yang berasal dari bahasa Belanda.
Polemik tentang kaitan administrasi dan
manajemen masih berlangsung sampai saat ini. Namun akhir-akhir ini ada
kecenderungan tertentu untuk membedakan penggunaannya. Untuk bidang
pendidikan, pemerintahan, rumah sakit, dan kemiliteran dipakai istilah
administrasi, sedangkan untuk bidang industri dan perusahaan dipakai istilah
manejemen.
F. Administrasi
Pendidikan, Administrasi Sekolah, dan Supervisi Pendidikan.
Istilah lain yang
sering dikaitkan dengan administrasi pendidikan adalah administrasi sekolah.
Administrasi sekolah didefinisikan sebagai seni dan ilmu pengintegrasian secara
kreatif ide-ide, material, dan orang dalam satu kesatuan organik atau unit yang
bekerja secara harmonis untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dari batasan di
atas nampak pada hakekatnya administrasi sekolah sama dengan administrasi
pendidikan sebab mencakup maksud dan isi yang sama. Namun dalam prkateknya,
khususnya di Indonesia, istilah administrasi pendidikan lebih populer dan lebih
sering dipakai, sebab ada tendensi untuk mengartikan administrasi sekolah dalam
artian yang sempit yakni disamakan dengan katatausahaan sekolah.
Setelah istilah di
atas masih kita dapati lagi istilah supervisi pendidikan. Super artinyalebih atau atas, sedang vision berarti melihat atau meninjau.
Secara etimologis supervisiberarti melihat (meninjau) dari
atas terhadap pelaksanaan dari hasil kegiatan bawahan.Pengertian ini
membawa implikasi seolah-olah supervisi disamakan dengan pengawasan atau
inspeksi yang umum berlaku dalam dunia pendidikan adalah kegiatan mendeteksi
keslahan bawahan dalam melaksanaan perintah serta peraturan-peraturan dari
atasan. Kesalahan dalam melaksanakannya dipandang sebagai hal yang harus
mendapat hukuman atau ganjaran, yang dikenal dengan nama hukuman administratif.
Dalam realisasinya,
kegiatan supervise pendidikan dilakukan oleh orang tetentu khusus yang
menjalankan tugas itu, yang disebut supervisor. Pada dasarnya supervisor adalah
pemimpin pendidikan juga, sedang supervise pendidikan adalah kegiatan
administrasi pendidikan dari pemimpin salah satu komponen pendidikan. Adapun
tujuan supervise pendidikan adalah meniali kemampuan guru sebagai pendidik dan
pengajar dalam bidang masing-masing guna membantu mereke melakukan
perbaikan-perbaikan bilamana diperlukan dengan menunjukkan kekurangan-kekurangannya
agar mereka berusaha mengatasinya dengan menunjukkan usaha sendiri.
Kegiatan yang dapat
dilakukan dalam supervisi pendidikan adalah:
1. Membangkitkan
dan mendorong semangat guru dan pegawai sekolah lainnya untuk menjalankan
tugasnya dengan sebaik-baiknya.
2. Berusaha
mengadakan dan melengkapi perlengkapan, termasuk bermacam-macam media
instruksional yang diperlukan bagi kelancaran jalannya proses belajar mengajar
yang baik.
3. Bersama guru
berusaha mengembangkan, mencari, dan menggunakan metode-metode baru dalam
proses belajar mengajar yang baik.
4. Membina
kerjasama yang harmonis antara guru, murid, dan pegawai sekolah, antara lain
dengan mengadakan workshop, seminar, inservice, training atau upgrading.
Walaupun demikian
untuk membedakan antara administrasi dan supervisi pendidikan ditinjau dari
tiga sudut, yakni:
1. Menata
lawan melakukan. Menurut pandangan ini administrasi merupakan tindakan
menjalankan semua kewajiban yang menyebabkan adanya pelaksanaan program
pendidikan, sedangkan supervisi ialah semua tindakan yang menyebabkan
pelaksanaan program pendidikan dapat berjalan dengan baik.
2. Kekuasaan
lawan pelayanan. Administrasi menekankan kekuasaan, sedangkan supervisi
menekankan pelayanan.
3. Keseluruhan
lawan bagian. Administrasi merupakan keseluruhan usaha mmengatur dan
mengurus sekolah, sedangkan supervisi adalah sebagian dari
administrasi yang disarankan kepada orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Burhanudin, Drs.
Yusak. Administrasi Pendidikan, Gunung Agung, Jakarta: 2005
Burhanudin, Drs.
Yusak. Administrasi Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung: 2005
Daryanto, Drs.
H.M. Administrasi Pendidikan, Rekaka Cipta: 2001
Nawawi, DR.
Hadari. Administrasi Pendidikan, Gunung Agung, Jakarta: 1997
Rifai, MA. Moh. Administrasi
dan Supervisi Pendidikan, Sekar Djaja, Bandung: 2005
(Makalah Pada MK Dasar-dasar Kependidikan,
oleh : iaib student, semester II fak. tarbiyah-pai institut agama islam banten
– serang 2008